Mengapa Invasi Mobil Listrik Belum Mampu Mengangkat Pasar Otomotif Indonesia yang Masih Loyo?

Gelombang kendaraan listrik (EV) memang tengah menyerbu Indonesia, dengan berbagai merek dan model baru bermunculan di pasar otomotif. Pemerintah pun gencar memberikan insentif untuk mendorong adopsi mobil ramah lingkungan ini. Namun, fenomena menariknya adalah, meskipun penetrasi EV semakin meningkat, pasar otomotif Indonesia secara keseluruhan belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Mengapa invasi mobil listrik ini belum mampu mendongkrak pasar otomotif yang masih terlihat loyo? Sebuah diskusi panel yang diadakan oleh Asosiasi Industri Kendaraan Listrik Indonesia (PERIKLindo) di Jakarta pada hari Selasa, 6 Mei 2025, mencoba mengupas tuntas fenomena ini.

Salah satu faktor utama yang diduga menghambat pertumbuhan pasar otomotif secara keseluruhan, meskipun EV semakin populer, adalah kondisi ekonomi global dan domestik yang belum sepenuhnya stabil. Inflasi yang masih terasa dan suku bunga yang relatif tinggi membuat sebagian besar masyarakat menunda pembelian kendaraan baru, termasuk mobil listrik. Data penjualan kendaraan bermotor dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada tanggal 5 Mei 2025 menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan secara keseluruhan masih stagnan dibandingkan periode sebelum pandemi.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah harga mobil listrik yang relatif masih tinggi dibandingkan dengan mobil konvensional dengan spesifikasi serupa. Meskipun pemerintah memberikan insentif berupa pembebasan pajak dan subsidi, harga jual EV masih menjadi pertimbangan utama bagi sebagian besar konsumen di pasar otomotif Indonesia yang sensitif terhadap harga. Survei yang dilakukan oleh sebuah platform jual beli mobil bekas daring pada bulan April 2025 menunjukkan bahwa mayoritas responden masih mempertimbangkan harga sebagai faktor penentu utama dalam pembelian mobil.

Selain itu, infrastruktur pengisian daya untuk mobil listrik juga belum merata di seluruh Indonesia. Ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang terbatas, terutama di luar kota-kota besar, menjadi kendala bagi calon konsumen EV yang khawatir akan kemudahan pengisian daya saat bepergian jauh. Meskipun pemerintah dan pihak swasta terus berupaya menambah jumlah SPKLU, prosesnya masih memerlukan waktu dan investasi yang signifikan untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Seorang petugas PLN di Depok yang ditemui pada tanggal 4 Mei 2025 menyatakan bahwa permintaan pemasangan SPKLU rumahan juga menunjukkan peningkatan, namun belum signifikan secara nasional.

Dengan demikian, meskipun mobil listrik menunjukkan tren peningkatan popularitas di pasar otomotif Indonesia, berbagai faktor ekonomi, harga yang relatif tinggi, dan keterbatasan infrastruktur pengisian daya menjadi beberapa alasan mengapa invasi EV ini belum mampu secara signifikan mengangkat pasar otomotif secara keseluruhan dari kondisinya yang masih loyo. Diperlukan upaya yang lebih komprehensif dari pemerintah, produsen, dan pihak terkait lainnya untuk mengatasi tantangan-tantangan ini agar potensi pasar mobil listrik dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan pasar otomotif Indonesia secara keseluruhan.